Sitinjausumbarnews.com - Pertunjukkan seni tradisi Minangkabau dengan tajuk “Mahakarya Randai II 2023” The Story of Malin Kundang di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Sabtn (17/6/2023) malam berhasil memukau penonton yang memadati kapasitas tempat duduk 250 orang. Penonton kagum dan tidak beranjak dari tempat duduknya selama pertunjukkan berlangsung.
Direktur Pengawasan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Dikdik Sadikin menyampaikan pertunjukkan Mahakarya Randai II memang luar biasa. Pertunjukkan ini mengisahkan cerita Malin Kundang yang terkenal tersebut sejak lama. Ternyata masih relevan dengan kondisi, dimana bagaimana pemeliharaan anak di era digital. Kisah Malin Kundang juga berkaitan dengan bagaimana pemeliharaan anak.
Sedangkan
Sekretaris DPP SatuPena Indonesia Satrio Arismundar dalam kesannya yang
disampaikan usai pertunjukan, menyebutkan menyaksikan pertunjukkan Mahakarya ini
membuat ingatan saya pada acara International Minangkabau Literarsi Festival
(IMLF) yang digelar akhir Februari 2023 lalu Baso. IMLF itu sesungguhnya
berbicara tentang budaya Minang.
“Bagaimana
bisa budaya Minang tersebut lestari dan relevan dengan perkembangan zaman. Bagaimana
budaya Minang tersebut juga bisa survive (bertahan hidup) di era digital saat
ini,” kata Satrio.
Dikatakan
Satrio, kita patut kagum karena pertunjukkan sepenuhnya generasi muda
Indonesia. Mereka tampil dengan totalitas sehingga pertunjukkannya memukau
penonton. Karena yang terlibat dalam pertunjukkan ini generasi muda, maka masa
depan budaya dan tradisi Minang ini tetap lestari dan relevan ke masa depan.
Kepten
Dato Profesor Emeritus Dr. Hashim Yaacob
yang menjadi Rektor di lima universitas Malaysia menyampaikan kekagumannya. “Saya
kagum menyaksikan tampil Mahakarya II Malin Kundang ini. Semoga ini tetap
dilanjutkan,” kata Hashim yang jauh-jauh datang dari Malaysia menyaksikannya.
Produser
Mahakarya II Sastri Bakry menyebutkan, mengapa di Minang kita munculkan anak
durhaka? Padahal di luar Minang (Sumatera Barat) juga banyak anak durhaka.
Bahkan ibu juga durhaka sekali pun kepada anaknya.
“Karya seni pertunjukan berbasis tradisi Minangkabau dengan sentuhan
kontemporer yang digarap berangkat dalam bentuk kerja kolaboratif dua seniman
terkemuka di Indonesia Jose Rizal Manua dan Joharsen. Pertunjukan ini didukung
para anak muda profesional asal Minangkabau yang bekerja di perantauan Jakarta
dan sekitarnya yang diinisiasi Yayasan Sumbar Talenta Indonesia (YSTI),” kata
Sastri Bakry yang juga Ketua DPD SatuPena Sumatera Barat ini.
Dikatakan, antusias untuk menonton pertunjukkan ini juga terlihat terjual
habisnya tiket masuk yang dipatok berharga Rp 2 hingga 2,5 juta/karcis. Bahkan
sampai pertunjukkan akan dimulai, masih banyak yang ingin pesan tiket. “Terima
kasih yang sudah menyaksikan pertunjukkan ini. Sedangkan yang tidak mendapatkan
tiket masuk ruang Teater Kecil Taman
Ismail Marzuki (TIM) Jakarta untuk menyaksikannya, mohon maaf,” kata Sastri
menambahkan. (02)