Jakarta- Munas Pertina ke-21 mengalami krisis yang nyaris melumpuhkan organisasi.Bukan hanya pemilihan ketua biasa, melainkan pertarungan untuk merebut kendali Pertina yang penuh Trik dan intrik. Keputusan deadlock Rabu 25/6/2025.
Dengan Demikian kontroversial terbukti bahwa tindakan penyelamat yang tepat untuk mencegah perpecahan dalam praktik politik kotor yang sudah mengancam eksistensi PERTINA serta menjaga marwah PERTINA.
Hal ini diungkapkan oleh Mailon Maneza. SH yang akrab dipanggil adek, utusan dari Pengprov Pertina Sumatera Barat, yang menilai keputusan tersebut sebagai satu-satunya jalan keluar dari situasi yang sudah genting.
Kecurigaan itu muncul sejak awal pembahasan tata tertib. Beberapa peserta yang awalnya telah ditetapkan berstatus peninjau memaksakan diri menjadi peserta penuh. sehingga upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil yang dibuat menjadi rumit oleh kelompok peserta tersebut.
Sehingga Puncak ketegangan terjadi dengan munculnya seorang penyusup yang mengaku dari Bangka Belitung, namun tidak terdaftar sebagai peserta. Kehadirannya yang tiba-tiba memicu kericuhan di antara peserta, yang sebelumnya telah beberapa kali hampir berujung pada konflik fisik. Situasi ini semakin tidak terkendali, membuat panitia mengambil keputusan deadlock.
Situasi semakin mencurigakan dengan kehadiran lebih kurang 200 orang-orang misterius di luar ruang sidang. Mereka mengenakan seragam bertuliskan logo Pertina, namun terdapat inisial "HBL" inisial salah satu nama calon ketua pada seragam tersebut. Kehadiran kelompok ini, yang diduga disiapkan oleh kubu "HBL", menambah kekhawatiran akan adanya upaya untuk mengendalikan jalannya Munas. Kelompok ini juga melakukan intimidasi, menciptakan suasana yang mencekam.
Adek menjelaskan bahwa upaya untuk menguasai Pertina telah dilakukan secara sistematis sejak awal Munas.
Ia menduga kelompok ini sengaja menciptakan suasana chaos, lalu menampilkan diri sebagai korban ("flying victim"), sekaligus melaporkan kejadian tersebut ke KONI seolah-olah mereka yang paling dirugikan. Praktik politik praktis yang kotor ini, menurut Adek, sangat disayangkan dan merugikan dunia olahraga.
Menurut Adek bahwa keputusan deadlock bukanlah tindakan sembarangan, melainkan upaya terakhir untuk mencegah perpecahan yang lebih besar dan menyelamatkan Pertina dari praktik politik kotor yang telah mengancam integritas organisasi.
Menurutnya, peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya memperkuat sistem internal Pertina agar kejadian sejenis tidak terulang di masa mendatang. Deadlock menjadi tanda peringatan bahwa integritas organisasi harus dijaga dari ancaman politik yang tidak sehat, Peristiwa ini menjadi catatan penting dalam sejarah Pertina, menunjukkan betapa rapuhnya organisasi jika dihadapkan pada ambisi dan intrik politik yang tidak sportif ”tuturnya.
#cs