MTQ Padang Pariaman dan Wajah Pendidikan Islam

3

 


Oleh: Zakiyah Drajat (Mahasiswa Pascasarjana UM Sumatera Barat)

 

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” Ayat ini menjelaskan kemurnian Al-Qur’an dan langsung dijaga oleh Allah. Kata Nahnu dalam kaidah bahasa Arab mengindikasikan ma’na ta’zhim yang tak lain adalah ditujukan kepada Sang Khaliq itu sendiri.


Menurut  Juraidi dosen ilmu tafsir UIN Jakarta sekaligus mantan sekretaris LPTQ Nasional,  mengutarakan pendapatnya terkait surat Al-Hijir ayat 9 ini “Akan tetapi jaminan Allah tersebut tidak menyebutkan tempatnya, dimana Al-Qur’an itu Allah pelihara apakah di Indonesia  termasuk yang dijaga? Tidak disebutkan dan tidak ada jaminan. Berangkat dari hal ini maka untuk memasyarakatkan Al-Qur’an adalah salah satu bentuk upaya menjaga Al-Qur’an dihati kita.


Prinsip inilah yang sangat kental pada ulama Minang, spirit religious yang mendarah daging yang dibiingkai dengan slogan “ABS, SBK” sehingga para ulama  terus berupaya untuk memasyarakatkan Al-Qur’an. 


Sebagai bentuk rasa cinta kita menjaga Al-Qur’an terus hidup dalam qolbu kita. Salah satu upaya memasyaratkan Al-Qur’an tersebut adalah melalui wadah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Musabaqah tilawatil qur’an dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan. 


Kita lihat sejarah MTQ di Indonesia. Pada mulanya MTQ sudah ada di Indonesia sejak tahun 1940 kemudian MTQ Nasional pertama dilakukan pada tahun 1968 dengan hanya berfokus pada cabang lomba tilawah dewasa hingga saat ini kurang lebih sudah memiliki 12 cabang dengan 56 sub cabang.


MTQ sendiri adalah suatu program yang digagas oleh Kementrian Agama dibawah naungan Lembaga pengembangan tilawatil Qur’an (LPTQ). Dalam ceremony tersebut bukan hanya berfokus pada keahlian membaca Al-Qur’an namun juga dibalut dengan seni islam yang termanifestasi sebagai suatu kearifan lokal berskala nasional. Terbukti dengan setiap kali even ini diselenggarakan ia mendapat sambutan hangat dengan banyaknya sumbangan moril pun financial dari berbagai kalangan tak luput juga pemerintah.


MTQ bukan hanya sekedar seremonial atau semata program pemerintah, ia merupakan salah satu bentuk reseps estetis dari masyarakat yang kemudian dipatenkan oleh pemerintah sebagai agenda rutin dimana semua kalangan masyarakat dapat ikut serta berpastisipasi dalam kegiatan tersebut.


Al-Qur'an adalah kitab petunjuk yang bersifat dinamis meskipun Al-Qur'an diturunkan pada masa nabi Muhammad Saw, namun Al-Qur’an mampu menjawab segala tantangan zaman.  Segala hal yang menjadi persoalan hari ini semuanya tertuang dan telah dirangkum dalam kitab pentunjuk yakni Al-Qur’an. 


Untuk menjawab tantangan zaman Tersebut tentu dibutuhkan para pakar ilmu keagamaan untuk menggali ilmu tersebut, maka sangat tepatlah rasanya bila hal ini diberdayakan pada pemenang dimimbar MTQ terlebih mereka yang notabenenya yayasan pendidikan Islam diharapkan tidak hanya menguasa ilmu keagamaan yang komplit tetapi juga kemahiran dalam membaca kutub Al-turast. 


Tidak hanya menjadi pemenang dipanggung tetapi harus mampu menjadi pemenang saat terjun dilapangan sehingga menggali keilmuan islam yang bersifat dinamis, yang mana ia adalah suatu kebutuhan pada saat dan masa mendatang.


Baru-baru ini Kabupaten Padang Pariaman  melaksanakan MTQ ke 48 pada 18 November 2022 yang bertempat di Kecamatan Sintoga dengan mengusung tema “menuju masyarakat Padang Pariaman yang agamis, berbudaya, mandiri, dan sejatera” tentu tema ini adalah harapan masyarakat Padang Pariaman ke depannya. Berangkat dari hal ini justru berbanding terbalik dengan harapan yang dicita-citakan. 


Bagaimana kata agamis itu akan terwujud sementara pada perhelatan MTQ tersebut peserta yang muda-mudi belum menjaga atau dengan kata lain belum menunjukan sikap yang baik. Seperti halnya peserta yang muda tidak menunjukan batasan bersosialisasi dengan peserta mudi lainnya yakni berkendaraan dengan lawan jenis, sehingga menimbulnya image yang tidak baik terlebih pemandangan tersebut nampak pada malam hari meskipun mereka adalah peserta namun perlu adanya menunjukan batasan sikap yang enak dipandang. 


Terlebih lagi itu dalam suasana MTQ yang notabenenya adalah seni Al-Qur’an. Tentu ini perlu ada semacam aturan yang dapat memunculkan nilai qur’ani pada peserta tersebut. 


Di sisi lain jika kita lihat langsung di lapangan mereka yang khatib ataupun muadzin yang terjaring di MTQ sebagai pemenang hampir tidak terlihat di tengah masyarakat. Muadzin yang bagus langgamnya serta kefasihan bacaannya bukan dia yang adzan di mesjid yang berada di perkampungannya sendiri. Melainkan mereka orang lain yang bukan terjaring dalam ajang MTQ. 


Tentu ini bukan hal yang semestinya. Begitu juga halnya qori’ qori’ah yang menjadi pemuncak di ajang MTQ di Kabupaten Padang Pariaman tersebut bahkan tidak terlihat aktif di masyarakat ataupun mengabdi menjadi pengajar di pendidikan non formal seperti MDA/TPQ yang seharusnya menjadi tempat mereka mengaplikasikannya.


Tidak hanya pada bidang tilawah, mereka yang menjadi pemenang pada cabang lomba tafsir bahasa Arab, Inggris, Dan Indonesia serta qira’atul kutub al-turats hanya bergaung namanya menjadi pemenang dalam membaca sahaja bukan sebagai pembaca yang mampu menghasilkan keilmuan yang bermanfaat bagi sesama.


Seharusnya unsur pemerintah harus mampu memberdayakan mereka para pemenang jangan hanya menjadi pemenang yang mendapat giliran setiap moment MTQ. Seperti mereka yang menjuarai cabang khutbah jum’at, muadzin, tilawah, apalagi yang tidak kalah penting pada bidang qira’atil kutub al-turats (baca kitab kuning)  mereka hanya pemenang membaca, tidak dimanfaatkan. 


Hal tersebut untuk membuka ruang diskusi forum kajian ilmiah guna menggali keilmuan untuk menjawab tantangan zaman, mereka hanya mendapatkan nama juara tapi kemampuan juaranya hanya milik pribadi. 


Tentu ini sangat harus menjadi perhatian bagi kita bersama. Sebab mereka adalah generasi pemimpin dimasa mendatang maka sedini mungkin mereka harus dikader dan diberdayakan untuk mejaga keutuhan bangsa di masa mendatang.


Sungguh sangat disayangkan apa bila para pemimpin daerah menyia-nyiakan mereka kader yang terjaring pada MTQ padang Pariaman tersebut yang memiliki potensi sangat luar biasa terlebih dengan usia yang masih sangat muda tapi sudah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam membaca dan memahami makna serta kaidah-kaidah kitab-kitab klasik ulama mutaqaddimin yang menjadi rujukan keilmuan islam sejak dahulunya.


Betapa sayang sekali tanah Minang yang kaya kearifan lokalnya tapi belum memberdayakan aset berharga mereka. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kita hidup di zaman desruptif tentunya harus memiliki kemampuan adaptif untuk bisa menjwab tantangan zaman tersebut.


Bagaimana kita akan berdaya, kita akan maju jika hanya 15% mereka generasi yang mampu berdaya dengan gelar juara mereka. Padahal mereka adalah generasi untuk memimpin Indonesia maju dimasa yang akan datang.


Perlu kita sadari dari gejala-gejala yang kita temukan di lapangan, bahwa yang tak kalah penting dari sebuah even MTQ adalah bukan kompetisi Al-Qur’annya tapi sebuah ajang mendalami makna dan nilai-nilai Al-Qur’an yang dibingkai dengan seni untuk menjaga keutuhan bangsa.


Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad  menjadi manusia paling mulia di alam ini, Al-Qur’an diturunkan pada malam bulan Romadhan maka ia menjadi bulan yang mulia diantara bulan hijriyah lainnya. Al-Qur’an pada malam lailatul qadar secara sekaligus di Baitul Izzah maka lailatu qadar menjadi malam yang mulia diantara malam seribu bulan. 


Orang yang bersama Al-Qur’an  akan terangkat kemuliannya. Sudah sepanstasnya kita tidak mengotori kemulian itu dengan tidak menganggap agung even Al-Qur’an itu sendiri dengan merusak nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an itu sendiri. Selain itu hendaknya ada wadah untuk memberdayakan mereka para juara MTQ tersebut agar kemampuan itu tidak hanya menjadi sekedar moment belaka yang ditulis di atas sertifikat  atau menempel pada tulisan yang terdapat pada piala saja.

Wallahu A’lam bissawab.

Tags

Posting Komentar

3Komentar
  1. Kritikan yang bagus dan mengenai sasaran, semoga dibaca oleh setiap perwakilan mtq, mulai dari tingkat desa sampai nasional, bahwa acara yang berlabelkan Al Quran mesti diiringi dengan kegiatan yang Qurani

    BalasHapus
Posting Komentar

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top