Sitinajsumbarnews.com – . Perlindungan terhadap anak harus terus ditingkatkan karena semakin banyaknya anak-anak yang jadi korban tindak kekerasan. Perlindungan terhadap anak tersebut mencakup aspek hukum, sosial, pendidikan, dan kesehatan.
Demikian terungkap pada penyuluhan perlindungan anak
yang diselenggarakan Pemerintahan Nagari Kayutanam, Selasa (24/9/2024), di aula
Kantor Nagari Kayutanam Kecamatan 2 X 11 Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman.
Penyuluhan yang dibuka Sekretaris Nagari Kayutanam Febrina Dasnil, menampilkan
narasumber dari Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Sosial
& Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kabupaten Padang
Pariaman Siska Primadona, S.STP, M.Si, Sekretaris Lembaga Konsultasi Kesejahteraan
Keluarga (LK3) Padang Pariaman Armaidi Tanjung dan Kapolsek 2 X 11 Enam
Lingkung AKP Nofrizal Can, SH, MH.
Siska Primadona menyebutkan, tahun 2024 ini ada 40
kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Padang
Pariaman. Sekitar 90 persen korban kekerasan tersebut adalah anak-anak.
Artinya, anak-anak merupakan korban yang paling banyak. Ada pula anak yang
sebelumnya menjadi korban kekerasan, kemudian menjadi pelaku tindak kekerasan
tersebut.
“Terjadinya tindak kekerasan tersebut, perlu mendapat
perhatian semua pihak. Kita selalu melakukan pendampingan terhadap korban
maupun pelaku yang masih berstatus anak. Yakni anak sampai berusia 18 tahun
kurang satu hari. Kalau sudah berusia 18 tahun, tidak lagi masuk kategori
anak,” kata Siska Primadona.
Ditambahkan Armaidi Tanjung, perlindungan anak merupakan segala kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi anak , melindungi hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal. “Tujuan utama perlindungan anak adalah untuk menjamin pemenuhan hak-hak anak, melindungi dari kekerasan dan eksploitasi, menyediakan lingkungan yang aman, 4. mendukung kesehatan fisik dan mental, dan mencegah diskriminasi terhadap anak, baik berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, maupun status sosialnya,” tutur Armaidi Tanjung Potret dan Masalah Pekerja Anak di Kabupaten Padang Pariaman ini.
Dikatakan Armaidi, dampak kekerasan pada anak sangat
luas dan mendalam. Secara umum beberapa
dampaknya anak mengalami masalah kesehatan mental, mungkin kesulitan mengatur emosi, yang dapat
mengarah pada perilaku agresif atau menarik diri dari interaksi sosial. Kekerasan
dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi belajar, sehingga berdampak negatif
pada prestasi belajarnya, anak-anak yang mengalami kekerasan sering kesulitan
membangun hubungan yang sehat dengan teman sebaya atau orang dewasa. Anak
yang mengalami kekerasan lebih mungkin
menjadi pelaku atau korban kekerasan di masa depannya, stres berkepanjangan
akibat kekerasan dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan gangguan tidur. Anak yang mengalami kekerasan sering
mengembangkan pandangan negatif tentang dirinya sendiri, dapat memengaruhi
harga diri dan kepercayaan diri dalam hidupnya.
Semakin banyaknya kasus kekerasan terhadap anak,
kata Armaidi Tanjung, harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah,
masyarakat, tokoh-tokoh informal, dan terutama orang tua. Ketika muncul
berbagai kasus kekerasan, jangan hanya menyalahkan pihak tertentu saja. Apalagi
dikaitkan dengan politik semata menjelang pemilihan kepala daerah. “Peran
masyarakat, lingkungan anak dan orang tua sangat penting mencegah terjadi
kekerasan terhadap anak. Apa yang dilakukan pemerintah nagari Kayutanam ini,
penyuluhan perlindungan anak, sangat tepat. Sehingga bisa mencegah terjadinya
kekerasan terhadap anak,” kata Armaidi Tanjung.
Sekretaris Nagari Kayutanam Febrina menyebutkan,
penyuluhan ini bertujuan agar masyarakat memahami pentingnya perlindungan anak.
Jangan sampai ada lagi korban maupun pelaku tindak kekerasan (seksual) di
Nagari Kayutanam ini. “Karena itu, peran serta masyarakat sangat penting dalam
perlindungan anak. Sehingga anak jangan jadi perusak, tapi menjadi kebanggaan
keluarga hendaknya. Kita sengaja menghadirkan narasumber yang berkompeten
terhadap perlindungan anak ini,” kata Sabrina dihadapan 35 peserta yang didominasi
kaum ibuk-ibuk. (R/*)